DALAMbahasa Sunda, si jalak harupat memiliki arti ayam jantan yang gagah, pemberani, dan bersuara lantang saat berkokok. Kabupaten Bandung. Nama stadion ini merupakan julukan bagi Pahlawan Nasional Otto Iskandar Dinata. Foto/Pinterest. Dikutip dari Wikipedia dan andirustandisunarya.wordpress.com, Otto Iskandardinata lahir di Kecamatan Mengenal3 pahlawan dari tanah sunda – Blog Kamus-SundaCom Biograpi Oto Iskandar Dinata dalam Bahasa Sunda PENGERTIAN. Contoh Biantara Bahasa Sunda tentang Kebersihan – November 30 2013 Assalamualaikum wr. Awal Kahirupan Biografi Otto Iskandar Dinata Dalam Bahasa Sunda – Oto Iskandar di Nata dibabarkeun dina tanggal 31 Maret 1897 Yavadesh dalam bahasa Pali disebut Javadesh. Orang Arab menyebutnya Aceh mengalami kemajuan pesat pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636). Pada masa pemerintahannya, Aceh mencapai zaman keemasan. Aceh bahkan dapat menguasai Johor, Pahang, Kedah, Perak di Baru pada tahun 1527, Sunda Kelapa berhasil direbut. Dalam MAMuhammadiyah Pekuncen menerbitkan Buku Siswa - Sejarah Indonesia Sem 2 SMA Kelas XI pada 2022-01-10. Bacalah versi online Buku Siswa - Sejarah Indonesia Sem 2 SMA Kelas XI tersebut. Download semua halaman 101-150. PengertianBiografi Dalam Bahasa Sunda. Nov 03, 2020. Pelajaran Sekolah Biografi Otto Iskandar Dinata Dalam Bahasa sunda - ringkasan teks biografi tersebut! 2. Tentukan unsur kebahasaan teks biografi tersebut - Brainly.co.id StadionSi Jalak Harupat, Soreang, Kabupaten Bandung. Nama stadion ini merupakan julukan bagi Pahlawan Nasional Otto Iskandar Dinata. Foto/Pinterest. Dikutip dari Wikipedia dan andirustandisunarya.wordpress.com, Otto Iskandardinata lahir di Kecamatan Bojongsoang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat pada 31 Maret 1897. . Otto Iskandar di Natta merupakan Pahlawan Nasional yang lahir pada 31 Maret 1897 di Bojongsoang, Kabupaten Bandung. Ayah Otto Iskandar di Nata merupakan keturunan dari bangsawan Sunda bernama Nataatmadja. Otto adalah anak ketiga dari sembilan bersaudara. Otto memperoleh pendidikan dasarnya di Hollandsch-Inlandsche School HIS Bandung, kemudian melanjutkan di Kweekschool Onderbouw Sekolah Guru Bagian Pertama Bandung, serta di Hogere Kweekschool Sekolah Guru Atas di Purworejo, Jawa Tengah. Setelah menyelesaikan sekolahnya, Otto dewasa sudah menjadi guru HIS di Banjarnegara, Jawa Tengah. Pada bulan Juli 1920, Otto kemudian pindah ke Bandung dan mengajar di HIS bersubsidi serta perkumpulan Perguruan Rakyat Dalam kegiatan pergarakannya pada masa sebelum kemerdekaan, Otto pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Budi Utomo cabang Bandung pada periode 1921-1924, serta sebagai Wakil Ketua Budi Utomo cabang Pekalongan tahun 1924. Ketika itu, ia menjadi anggota Gemeenteraad “Dewan Kota” Pekalongan mewakili Budi Utomo. Oto juga aktif mengikuti kegiatan organisasi budaya Sunda bernama Paguyuban Pasundan. Ia menjadi Sekretaris Pengurus Besar tahun 1928, dan menjadi ketuanya pada periode 1929-1942. Organisasi tersebut bergerak dalam bidang pendidikan, sosial-budaya, politik, ekonomi, kepemudaan, dan pemberdayaan perempuan. Otto Iskandar di Nata juga menjadi anggota Volksraad “Dewan Rakyat”, semacam DPR yang dibentuk pada masa Hindia Belanda untuk periode 1930-1941. Pada masa penjajahan Jepang, Otto menjadi Pemimpin surat kabar Tjahaja 1942-1945. Ia kemudian menjadi anggota BPUPKI dan PPKI yang dibentuk oleh pemerintah pendudukan Jepang sebagai lembaga-lembaga yang membantu persiapan kemerdekaan Indonesia. Setelah proklamasi kemerdekaan, Otto menjabat sebagai Menteri Negara pada kabinet yang pertama Republik Indonesia tahun 1945. Ia bertugas mempersiapkan terbentuknya BKR dari laskar-laskar rakyat yang tersebar di seluruh Indonesia. Dalam melaksanakan tugasnya, Otto diperkirakan telah menimbulkan ketidakpuasan pada salah satu laskar tersebut. Ia menjadi korban penculikan sekelompok orang yang bernama Laskar Hitam, hingga kemudian hilang dan diperkirakan terbunuh di daerah Banten Otto Iskandardinata diangkat sebagai Pahlawan Nasional berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 088/TK/Tahun 1973, tanggal 6 November 1973. Sebuah monumen perjuangan Bandung Utara di Lembang, Bandung bernama “Monumen Pasir Pahlawan” didirikan untuk mengabadikan perjuangannya. Nama Otto Iskandardinata juga diabadikan sebagai nama jalan di beberapa kota di Indonesia. sumber wikipedia Oto Iskandardinata atau Oto Iskandar Di Nata, lahir pada 31 Maret 1897 di Bojongsoang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Otto adalah anak ketiga dari sembilan bersaudara. Ayahnya bernama Nataatmadja. Setelah menunaikan ibadah haji, nama ayahnya berganti menjadi Raden Haji Adam Rahmat. Ibunya bernama Siti menempuh pendidikan dasarnya di Hollandsch Inlandsche School HIS Bandung, kemudian melanjutkan di Kweekschool Onderbouw Sekolah Guru Bagian Pertama Bandung, serta di Hogere Kweekschool Sekolah Guru Atas di Purworejo, Jawa Tengah. Oleh Iip Yahya “Bagaimana cara pemindahan kekuasaan dapat dilakukan?” tanya Oto Iskandar di Nata kepada Soekarno. “Ini bukan pemindahan,” jawab Soekarno. “Tindakan itu akan bersifat penyerahan’.” Oto tetap menginginkan kata “pemindahan”, karena tidak mengandung paksaan. Akhirnya, kata “pemindahan” disepakati bersama. Sebelumnya kata tersebut diubah Soekarno dengan kata “penyerahan”. KUTIPAN dialog di atas menunjukkan adanya fakta kehadiran Oto Iskandar di Nata dalam rapat perumusan naskah proklamasi, Jumat, 17 Agustus 1945. BM Diah sebagai pelaku sejarah, merekam peristiwa penting itu dalam bukunya, “Angakatan Baru 45” 1983, h. 243-44. Selain Oto, tokoh asal Sunda lainnya yang memberi masukan adalah Iwa Kusumasumantri. Menyusul disepakatinya kata “pemindahan”, maka Iwa menyarankan kata “diselenggarakan” untuk menggantikan kata “diusahakan”. Coretan-coretan dalam naskah asli tulisan tangan Soekarno yang berhasil diselamatkan Diah, mengabadikan dinamika rapat pada dinihari itu. Dengan kesaksian BM Diah ini, kita diingatkan bahwa Oto terlibat dalam hampir semua peristiwa paling menentukan menjelang kemerdekaan RI. Selain ikut merumuskan naskah proklamasi, sebagaimana sudah popular, Oto ikut “menentukan” presiden dan wakil presiden RI yang pertama melalui sidang PPKI. Dengan keterlibatan yang sangat mendalam itu, menjadi aneh ketika di kemudian hari ada sejumlah pihak yang meyakini bahwa Oto berkhianat pada Repubik Indonesia. Ada yang menyebutnya sebagai mata-mata sekutu/NICA, ada juga yang menuduhnya menjual kota Bandung. Priyatna Abdurrasyid, seorang pelaku sejarah dalam peristiwa Bandung Lautan Api, dalam memoar yang dituturkannya kepada Ramadhan KH 2001 mengutarakan, “Mundurnya pasukan dari Bandung yang dikosongkan ternyata kemudian dikambinghitamkan kepada Oto Iskandar di Nata yang pada saat itu diculik oleh pasukan tak dikenal dan dibunuh di Mauk, Tangerang”. Menurut Priyatna, selain informasi yang simpang siur tentang ditangkapnya Oto, kabar itu disertai pula tuduhan bahwa Oto telah menjual Bandung kepada Sekutu. Sebagai prajurit muda, Priyatna tak bisa mengerti adanya fitnah itu. Ia hanya bisa merasakan bahwa tuduhan itu sebagai bagian dari permainan politik tingkat tinggi. Sampai hari ini masih ada yang meyakini bahwa Oto benar-benar berkhianat. Hal ini menunjukkan fitnah terhadap Oto itu terkesan “dipelihara”. Tuduhan itu, sekalipun tidak terbuka dan tertulis, seolah-olah kebenaran sejarah yang terus diwariskan dan tidak pernah ada klarifikasi dari pihak-pihak yang melakukannya. Padahal tuduhan itu tidak pernah bisa dibuktikan. Sementara Oto sebagai tertuduh, telah mengalami nasib yang menggenaskan dan keluarganya dalam waktu yang cukup lama harus menjalani hidup yang “sengsara”. Memoar dr. Djundjunan Setiakusumah 2002 bisa sedikit membantu dalam upaya menemukan pelaku fitnah atas Oto. Menurut Djundjunan, suatu hari di penghujung 1945, di rumah sakit Situsaeur tempatnya bertugas, ia menerima secarik kertas yang di dalamnya tertulis nama-nama orang Sunda yang akan diculik oleh suatu golongan pemuda. Nama-nama itu semuanya bekas pengurus Paguyuban Pasundan, yaitu Puradiredja, Oto Iskandar di Nata, Nitisomantri, Ukar Bratakausumah, Djundjunan, Oto Subrata, dan Adjat Sudradjat. Setelah menerima daftar itu, Djundjunan segera melapor kepada walikota dan residen, tetapi kurang mendapatkan tanggapan. Dan daftar itu ternyata benar adanya dengan munculnya serangkaian penculikan. “Oto Iskandar di Nata diuber-uber. Baru tertangkap di Master Cornelis dengan tipu muslihat,” papar Djundjunan. Siapakah golongan pemuda yang dimaksud Djundjunan? Bagaimana sebenarnya duduk perkara yang membuat Oto difitnah sebagai mata-mata Sekutu/NICA dan menjual kota Bandung satu miliun? Awalnya adalah pertemuan Oto dengan Kusna Poeradiredja di Jakarta, di rumah Ijos Wiriaatmadja. Kusna pada waktu itu meyakini bahwa NICA akan menang perang sehingga ia memilih berada di pihak NICA. Karena Kusna mantan tokoh JOP organ pemuda dalam paguyuban Pasundan, Oto meminta Ukar Bratakusumah, kawan seangkatannya, agar menemui Kusna untuk dapat dibujuk memihak republik. Akan tetapi kedua pemuda itu tidak berhasil menemukan titik temu, Kusna tetap di pihak NICA. Peristiwa tersebut dicatat dalam biografi Ukar yang terbit 1995. Nah, pertemuan dengan Kusna yang berseragam NICA itulah yang dijadikan dasar tuduhan mata-mata NICA kepada Oto dan Ukar. Sementara soal uang satu miliun, itu adalah pemberian seorang perwira Jepang bernama Ichiki Tatsuo. Biografi Mr. Soedjono yang disunting Soebagijo IN 1983 menjelaskan soal ini. Oto dan Ichiki akrab melalui dunia jurnalistik. Keduanya sama-sama menerbitkan majalah dwimingguan Pradjoerit, media untuk tentara PETA dan Heiho. Setelah Jepang menyerah kepada Sekutu, di antara para perwira Jepang yang memiliki akses pada uang rampasan, ada yang memilih untuk memberikannya kepada tokoh-tokoh Indonesia yang mereka percayai, untuk digunakan sebagai bekal perjuangan. Uang itu berasal dari rampasan perang ketika Jepang mengalahkan Belanda pada 1942, maka uangnya berupa gulden Belanda. Di kemudian hari, Ichiki yang kecewa kepada negaranya yang dinilainya “meninggalkan” Indonesia dalam agresi militer Belanda, ikut berjuang memihak RI. Ichiki juga sangat menyesali nasib Oto yang dibunuh karena menerima uang darinya. Ichiki lalu memimpin Pasukan Gerilya Istimewa di Malang. Ia gugur pada pertempuran sengit dengan pasukan Belanda di lereng gunung Semeru Selatan pada 9 Januari 1949. Sebagai penghargaan atas jasanya, 15 Pebruari 1958, ketika berkunjung ke Jepang, Presiden Soekarno menyimpan prasasti perjuangan Ichiki di Kuil Budha Shei Shoji di Minatoku, Tokyo. Dengan demikian, tuduhan bahwa Oto menjadi mata-mata NICA dan menjual Bandung adalah tuduhan yang gegabah dan semena-mena. Dua fitnah yang jelas merugikan nama baik Oto dan keluarganya. Kalau sebuah hadits Nabi menyatakan “fitnah lebih kejam dari pembunuhan”, maka Oto mengalami kedua-duanya, pencemaran nama baik & pembunuhan yang sadis. Bahwa kebenaran itu akan muncul dengan caranya sendiri, dapat dirasakan dalam kasus Oto. Setelah puluhan tahun kematiannya, barulah fakta-fakta itu ditemukan dan dapat dirangkai untuk membuktikan bahwa pahlawan Sunda ini clear, bersih, tidak tercela sebagaimana difitnahkan kepadanya. Kalau memakai prinsip mafhum mukhalafah makna kesebalikan, dengan fakta yang ditemukan, bisa disimpulkan bahwa Oto adalah benar dan penuduhnya adalah salah. Jadi, para penuduhnya itulah yang sejatinya telah berkhianat kepada perjuangan RI dan kepada kepentingan Sunda. Merekalah yang telah mengambil keuntungan politik-ekonomi-sosial di atas kematian Oto dan cerai-berainya tokoh-tokoh Paguyuban Pasundan. Meminjam istilah yang terkenal sekarang, fitnah atas Oto itu “berdampak sistemik”, sebab telah memutus mata rantai sejarah Sunda dalam bingkai NKRI. Oto yang sangat berjasa dalam proses kemerdekaan RI, dicederai oleh tuduhan yang mengada-ada. Penulis adalah penyusun buku Oto Iskandar di Nata the Untold Stories. - Oto Iskandar Di Nata atau Raden Otto Iskandardinata merupakan salah satu Pahlawan Nasional Indonesia yang dijuluki si Jalak Harupat. Jalak Harupat adalah sebutan untuk ayam jantan yang dimitoskan sebagai ayam yang kuat, pemberani, dan selalu menang saat diadu. Karena jiwa pemberani yang dimiliki Oto Iskandar Di Nata, ia pun diberi julukan tersebut. Baca juga Budi Utomo Pembentukan, Perkembangan, Tujuan, dan Akhir Kehidupan Oto Iskandar Di Nata merupakan anak bungsu dari Raden Haji Adam Rahmat dan Siti Hidayah yang lahir pada 31 Maret 1897 di Bojongsoang, Jawa Barat. Ia menyelesaikan pendidikannya di Sekolah Guru Atas. Setelah itu, ia mengabdikan dirinya untuk menjadi seorang guru di Hollandsch Inlandse School HIS Banjarnegara. Dalam jabatannya sebagai seorang guru, Oto menyalurkan perhatiannya di bidang pergerakan nasional. Pada tahun 1928, Oto memprakarsai berdirinya Sekolah Kartini dan mendirikan Paguyuban Pasundan dan Bank Pasundan. Dua tahun kemudian, 1930, ia terpilih untuk menjadi anggota Volksraad Dewan Rakyat yang mewakili Paguyuban Pasundan. Saat ia menjadi anggota Volksraad, Oto berani mengecam pemerintah kolonial Belanda, sehingga ia mendapatkan julukan Si Jalak Harupat, artinya Burung Jalak yang Berani. Baca juga Tokoh-tokoh Panitia Sembilan Paguyuban Pasundan Paguyuban Pasundan adalah organisasi budaya Sunda yang berdiri pada 20 Juli 1913 dan sampai saat ini masih berdiri, sehingga disebut sebagai organisasi tertua. Organisasi ini bergerak dalam bidang pendidikan, sosial-budaya, politik, ekonomi, dan pemberdayaan perempuan. Tujuan Paguyuban Pasundan adalah untuk melestarikan budaya Sunda yang tidak hanya melibatkan orang Sunda saja, melainkan semua yang mempunyai kepedulian akan budaya Sunda. Dalam Paguyuban Pasundan ini Oto menjabat sebagai Sekretaris Pengurus Besar tahun 1928 dan menjadi ketua sejak 1929 sampai 1942. Baca juga Sejarah Perumusan Pancasila Pembentukan BPUPKI Budi Utomo Pada bulan Juli 1920, setelah ia menjabat sebagi guru di HIS, Oto dipindahtugaskan ke Bandung. Kota Bandung menjadi tempat awal di mana Oto mulai aktif dalam dunia politik. Tiga tahun kemudian, Oto kembali dipindah ke Pekalongan, tempat di mana ia mulai lebih banyak dikenal oleh masyarakat. Saat bertugas di Pekalongan tahun 1925, Oto terjun ke organisasi Budi Utomo. Berkat aktivitasnya yang menarik perhatian masyarakat Pekalongan, Oto pun dipercaya untuk menjadi anggota Gemeenteraad Dewan Kota Pekalongan mewakili Budi Utomo. Ia juga menjabat sebagai Wakil Ketua Budi Utomo cabang Pekalongan dan merangkap sebagai Komisaris Hoofdbestuur Budi Utomo. Saat aktif di organisasi ini, aktivitas Oto terus diawasi oleh pemerintah. Oto yang menyadari bahwa sedang diawasi justru mengajak sang reserse, mata-mata, untuk ikut bergabung dalam rapat tersebut. Baca juga ASEAN Tokoh, Prinsip, dan Anggota Kecaman Dipercayai sebagai anggota Dewan Kota, Oto berusaha untuk memperbaiki kehidupan rakyat. Ia berani membeberkan praktik-praktik buruk yang dilakukan oleh pemerintah jajahan terhadap rakyat Indonesia. Namun, kecaman yang Oto berikan ini tidaklah diterima oleh Residen Pekalongan, seorang Belanda. Meskipun demikian, dukungan seluruh anggota Dewan Kota tetap tertuju pada Oto. Semua peristiwa ini kemudian berakhir, karena Oto dipindahkan ke residen lain. Baca juga Uni Soviet Sejarah, Ekonomi, dan Pembubaran Penculikan Pada masa penjajahan jepang, Oto menjadi pemimpin surat kabar Tjahaja pada tahun 1942 sampai 1945. Kemudian, ia diangkat menjadi anggota BPUPKI dan PPKI. Setelah Indonesia dinyatakan merdeka, PPKI melakukan sidang untuk mengesahkan UUD 1945. Oto kemudian menjabat sebagai Menteri Negara pada kabinet pertama Republik Indonesia tahun 1945. Ia bertugas untuk melakukan persiapan pembentukan Badan Keamanan Rakyat BKR dari laskar-laskar rakyat yang tersebar di Indonesia. Namun, langkah yang diambil oleh Oto ini menimbulkan ketidakpuasan pada salah satu BKR sehingga ia pun menjadi korban penculikan sekelompok orang bernama Laskar Hitam. Sejak saat itu, Oto menghilang dan diperkirakan terbunuh di daerah Banten pada 20 Desember 1945. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. Otto Iskandar Dinata adalah pahlawan nasional yang dijuluki Si Jalak Harupat. Pria yang lahir pada 31 Maret 1897 merupakan putra dari Raden Haji Rachmat Adam seorang kepala desa di mnempuh pendidiknannya di Hollandsch-Inlandsche School yang kemudian melanjutkannya ke Hollandsch-Inlandsche School. Setelah lulus, Otto melanjutkan sekolahnya di sekolah guru Hogere Kweekschool. Kemudian Otto menjadi guru HIS di Banjarnegara, Jawa 1920, Otto kemudian pindah ke Bandung. Pada masa pergerakan kemerdekaan, Otto pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Budi Utomo cabang Bandung periode 1921 hingga 1924. Selain itu, Otto juga aktif di organisasi budaya Sunda, Paguyuban masa kemerdekaan, Otto erlibat dalam keanggotaan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia PPKI sebagai pengganti BPUPKI. Setelah Indonesia merdeka, Otto menjabat sebagai menteri negara yang pertama bersama Mohammad Amir, Wahid Hasyim, Mr. Sartono, dan itu Otto bertugas mempersiapkan Badan Keamanan Rakyat BKR dari laskar-laskar yang tersebar di Indonesia. Dalam tugasnya, Otto menimbulkan ketidakpuasan dari beberapa kalangan hingga diperkirakan dia diculiksalah satu laskar yang bermarkas di Tangerang. Kemudian 19 Desember 1945, dan dibawa ke suatu tempat di pesisir Pantai Mauk. Jenazahnya tidak pernah ditemukan, hingga akhirnya pemerintah menetapkan menetapkan 20 Desember 1945 sebagai tanggal 6 November 1973 Otto ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional melalui Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 088/TK/Tahun 1973. Nama Otto Iskandar Dinata sering dijadikan nama jalan di berbagai kota di Indonesia. Bahkan, nama Si Jalak Harupat dijadikan nama stadion di Kabupaten Bandung, tanah tempat lahir Iskandar Dinata Misteri Kematian Jagoan dari Bojongsoang

biografi otto iskandar dinata dalam bahasa sunda